Apa yang harganya mahal selain
emas, intan permata ?
Investasi apa yang susah dinilai
selain tanah, emas atau saham ?
Ya, mungkin WAKTU-lah
jawabannya. Mungkin karena waktu tidak ada yang jual (walau gratis sebenarnya),
mungkin waktu tidak akan pernah bisa kembali (walau Dia senantiasa tersedia dan
setia menemani kita). Waktu memang unik, orang yang sibuk merasa waktu sangat
terbatas, sementara seorang penganggur sampai bingung harus dengan apa untuk
menghabiskan waktu.
Bagaimanakah menjadi orang yang sukses? Sukses
yang dimaksud di sini bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga bisa
menyelamatkan orang lain. Sukses inilah yang selamat dari kerugian di dunia dan
akhirat.
Simak tafsir surat Al ‘Ashr berikut.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr:
1-3).
Mitra Muslim - Banyak ungkapan, “wah waktu
tidak berpihak kepada
kita,” padahal waktu bukan seorang juri yang punya kecenderungan subyektif
memihak salah satu pihak, waktu itu netral. Bukan waktu yang tidak memihak tapi
yang sesungguhnya sering terjadi adalah waktu menjadi kambing hitam akan
kesalahan atau kelemahan Kita dalam memanfaatkan waktu dengan optimal. Karena
waktu selalu tersedia dan gratis maka kecenderungan secara psikologis banyak
orang terlena untuk tidak memanfaatkannya dengan optimal, sehingga tatkala
gagal menghampiri munculah sang kambing hitam waktu.
Demi Masa
Allah bersumpah dengan al ‘ashr, yang dimaksud adalah waktu atau umur. Karena umur inilah
nikmat besar yang diberikan kepada manusia. Umur ini yang digunakan untuk
beribadah kepada Allah. Karena sebab umur, manusia menjadi mulia dan jika Allah
menetapkan, ia akan masuk surga.
Manusia Benar-Benar dalam
Kerugian
Manusia benar-benar berada dalam kerugian.
Kerugian di sini adalah lawan dari keberuntungan. Kerugian sendiri ada dua
macam kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah.
Yang pertama, kerugian mutlak yaitu orang yang
merugi di dunia dan akhirat. Ia luput dari nikmat dan mendapat siksa di neraka
jahim.
Yang kedua, kerugian dari sebagian sisi, bukan
yang lainnya. Allah mengglobalkan kerugian pada setiap manusia kecuali yang
punya empat sifat: (1) iman, (2) beramal sholeh, (3) saling menasehati dalam
kebenaran, (4) saling menasehati dalam kesabaran.
Kadang Kita mendengar, mencoba bermain-main
dengan waktu, padahal sesungguhnya waktu tidak suka
“bermain-main”, “Dia” akan meninggalkan siapa saja yang tidak serius
(bermain-main) dengannya tanpa pandang bulu dan banyak pertimbangan, karena
waktu tidak akan berhenti dan kembali walau sedetik “Dia” akan terus melaju.
Hal lain kadang terucap, “biarlah sang
waktu yang akan merubah,” ungkapan ini terkesan “bernada
pasrah,” padahal tanpa upaya dari diri sendiri yang maksimal, hingga kiamatpun
sang waktu tetap tidak akan memberikan perubahan apa-apa pada diri kita, bisa
saja terjadi perubahan tapi perubahan ke arah yang lebih jelek, jika tetap
tidak memanfaatkan waktu dengan optimal dengan berupaya keras mengupgrade diri
dalam semua sisi.
Sebuah pepatah mengatakan “waktu adalah uang,”
kalau begitu orang yang super sibuk boleh saja mengatakan Saya tidak punya
“uang” untuk mengganti ucapan “saya tidak punya waktu?” Tanpa pemahaman yang
komprehensif seberapapun waktu yang dihabiskan tentu tidak akan linier dengan
uang yang dihasilkan. Coba saja kita amati ada orang yang menghabiskan waktu
banyak untuk bekerja tapi uang yang didapat tidak lebih banyak dibandingkan
dengan yang menghabiskan waktu untuk bekerja lebih sedikit. Tentu ada prasyarat
untuk pepatah tersebut, yaitu dengan cara apa kita menghabiskan waktu (walau
waktu tidak akan pernah habis) apakah hanya sekedar dengan kerja keras saja
atau disertai juga dengan kerja cerdas, tuntas dan ikhlas.
Dalam beberapa kondisi kadang
terucap “wah waktu sudah habis,”
Padahal waktu tidak akan pernah habis. “Habis” hanya pada saat episode tertentu
saja, tapi tetap akan tersedia terus dalam episode-episode selanjutnya selama
Kita mau berjuang kembali, berupaya kembali dengan semangat pantang menyerah.
Suatu saat kita bicara “pada waktu
itu beda dengan pada waktu sekarang sehingga bla…bla..bla,”
(yang negatif-negatif pokoknya), Kembali waktu jadi kambing hitam. Waktu selalu
sama. Jika Kita bisa beradaptasi dengan Waktu, maka Sang waktu akan tetap sama.
Hanya orang yang susah atau bahkan tidak mau beradaptasilah yang akan kembali
menyalahkan sang waktu dan siap-siaplah menjadi dinosaurus yang akan punah,
bukankah tidak yang terkuat yang akan bertahan melainkan yang bisa beradaptasilah
yang akan bertahan.
Dalam kondisi terdesak meluncur
perkataan “Waduh Kita sudah habis ditelan waktu,”
Waktu bukanlah species hewan predator buas yang gemar “menelan” mangsanya,
sebaliknya kitalah yang sering “menelan” waktu dengan sia-sia tanpa melakukan
hal-hal yang positif dan produktif, sehingga ketika kegagalan datang, Kita
menjadi tidak bersahabat kepada waktu, seakan-akan Waktu adalah hewan buas yang
gemar menelan.
Karena waktu memang bukanlah
sejenis kambing berwarna hitam maka tidak layak waktu dikambing hitamkan,
apalagi lupa waktu sehingga lupa diri untuk menyadari bahwa sesungguhnya waktu
itu lebih berharga dari benda atau investasi apapun. Maka
investasi waktu pada bulan puasa, pasca lebaran dan waktu-waktu ke depan
seterusnya terkait bisnis Wira Usaha Apapun tetap bisa dijalankan dengan
menyesuaikan Situasi dan kondisi. Memprospek, Mengembangkan Usaha, membina
jaringan, Mencari Solusi Usaha Jitu, diskusi dengan jaringan, selling (baik on
line maupun off line), memperdalam pengetahuan bisnis, membuat alat bantu
bisnis, berlatih presentasi, dll.
1- Mereka yang Memiliki Iman
Yang dimaksud dengan orang yang selamat dari
kerugian yang pertama adalah yang memiliki iman. Syaikh As Sa’di menjelaskan
bahwa yang dimaksud adalah perintah beriman kepada Allah dan beriman kepada-Nya
tidak diperoleh kecuali dengan ilmu. Iman itu diperoleh dari ilmu.
Syaikh Sholeh Alu Syaikh berkata bahwa iman di
dalamnya harus terdapat perkataan, amalan dan keyakinan. Keyakinan (i’tiqod)
inilah ilmu. Karena ilmu berasal dari hati dan akal. Jadi orang yang berilmu
jelas selamat dari kerugian.
2- Mereka yang Beramal Sholeh
Yang dimaksud di sini adalah yang melakukan
seluruh kebaikan yang lahir maupun yang batin, yang berkaitan dengan hak Allah
maupun hak manusia, yang wajib maupun yang sunnah.
3- Mereka yang Saling
Menasehati dalam Kebenaran
Yang dimaksud adalah saling menasehati dalam
dua hal yang disebutkan sebelumnya. Mereka saling menasehati, memotivasi, dan
mendorong untuk beriman dan melakukan amalan sholeh.
4- Mereka yang Saling
Menasehati dalam Kesabaran
Yaitu saling menasehati untuk bersabar dalam
ketaatan kepada Allah dan menjauhi maksiat, juga sabar dalam menghadapi takdir
Allah yang dirasa menyakitkan. Karena sabar itu ada tiga macam: (1) sabar dalam
melakukan ketaatan, (2) sabar dalam menjauhi maksiat, (3) sabar dalam
menghadapi takdir Allah yang terasa menyenangkan atau menyakitkan.
Sukses pada Diri dan Orang Lain
Syaikh As Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dua hal yang pertama (iman dan
amal sholeh) untuk menyempurnakan diri manusia. Sedangkan dua hal berikutnya
untuk menyempurnakan orang lain. Seorang manusia menggapai kesempurnaan jika
melakukan empat hal ini. Itulah manusia yang dapat selamat dari kerugian dan
mendapatkan keberuntungan yang besar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 934).
Sudah Mencukupi dengan Surat Al
‘Ashr
Seandainya Allah menjadikan hujjah hanya
dengan surat Al ‘Ashr ini, maka itu sudah menjadikan hujjah kuat pada manusia.
Jadi manusia semuanya berada dalam kerugian kecuali yang memiliki empat sifat:
(1) berilmu, (2) beramal sholeh, (3) berdakwah, dan (4) bersabar.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,
هذه السورة لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هي لكفتهم
“Seandainya Allah menjadikan surat ini sebagai
hujjah pada hamba-Nya, maka itu sudah mencukupi mereka.” Sebagaimana hal ini
dinukil oleh Syaikh Muhammad At Tamimi dalam Kitab Tsalatsatul Ushul.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk
orang-orang yang sukses dan selamat dari kerugian dunia lan akhirat.
Kita bisa mengisi dan menorehkan
banyak hal positif yang produktif atau sebaliknya pada sang waktu. Hidup
(waktu) terlalu singkat untuk bersantai-santai, terlalu indah untuk merasa
jenuh, dan terlalu istimewa untuk disia-siakan. Jatah Hidup Setiap Mahkluk
Hidup termasuk Manusia sama 24 jam Sehari, Jika SAWAH (SAat WAktu Hidup) KITA kerjakan dengan baik maka tentu
akan memberikan “panen” yang baik juga …..SEMANGAT PAGI !....NEVER GIVE UP!....
Referensi:
Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil
Mannan, Syaikh ‘Abdurrahman
bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423
H.
Naskah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Muhammad
bin ‘Abdul Wahhab dengan sanad dari guru kami, Syaikh Sholeh bin ‘Abdillah bin
Hamad Al ‘Ushoimi
Syarh Tsalatsatul Ushul, Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh,
terbitan Maktabah Darul Hijaz, cetakan pertama, tahun 1433 H.
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar